logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊRobohnya Kultur Demokrasi Kita
Iklan

Robohnya Kultur Demokrasi Kita

Bukan hanya mundur, fondasi dan kultur demokrasi kita telah roboh. Butuh waktu lama untuk membangunnya kembali.

Oleh
AHMAD SAHIDE
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/AkngD5SjbmCWmL7ve9NyoSD7nEw=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F09%2F02%2F5de032a7-ada8-4383-b929-c03c95842efd_jpg.jpg

Kita pernah bangga sebagai warga negara Indonesia karena menjadi satu-satunya negara Muslim terbesar di dunia yang berhasil menyandingkan antara Islam dan demokrasi pascareformasi 1998. Indonesia menjawab keraguan ilmuwan politik dunia, salah satunya Samuel P Huntington, bahwa Islam dan demokrasi tidak mungkin berjalan beriringan.

Pengalaman Indonesia mengonsolidasikan demokrasinya setelah Soeharto jatuh membuktikan kepada dunia internasional bahwa demokrasi dapat tumbuh dengan baik di negara yang mayoritas Islam. Meski harus diawali dengan banyaknya korban yang meninggal dari mahasiswa karena turun ke jalan untuk melawan rezim Soeharto yang otoriter.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan