logo Kompas.id
OpiniKang Mas Profesor
Iklan

Kang Mas Profesor

Akhir-akhir ini, jabatan guru besar dibicarakan, bukan karena perannya, melainkan karena persoalannya.

Oleh
IDI SUBANDY IBRAHIM
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/gnp2PRwZmU46Zs8fuyXDMTloHk0=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F04%2F07%2Fc6bfa4d6-e6d9-4a56-8c5b-4f362c0e6cf2_jpg.jpg

Anggapan bahwa semua orang yang mengajar di perguruan tinggi mengejar jabatan akademik guru besar atau profesor sebenarnya tidak selalu benar. Ada juga dosen-dosen berdedikasi, banyak meneliti, dan layak menyandang gelar tersebut, tetapi mereka menyebut dirinya ”orang biasa” dan orang lain mungkin menyebutnya ”bodoh”.

Akhir-akhir ini, jabatan guru besar dibicarakan, bukan karena perannya, melainkan karena persoalannya. Ironis! Mulai dari ”profesor instan”, ”profesor abal-abal”, hingga soal panggilan ”Prof”. Mungkin kisah profesor di Indonesia lebih banyak menggambarkan masyarakatnya. Gambaran masyarakat pemuja gengsi gelar!

Editor:
YOHANES KRISNAWAN
Bagikan