Problematika Sastra Masuk Kurikulum
Seyogianya tim yang dipilih dalam program Sastra Masuk Kurikulum berasal dari akademisi dan sastrawan terunggul negeri.
Dunia sastra adalah dunia tersendiri. Ia bisa berangkat dari dunia nyata, tetapi ketika telah menjadi karya sastra, ialah buah imajinasi pengarangnya. Rangkaian teks yang terajut dalam sebuah karya inilah yang kemudian dibaca dan diberi makna oleh pembaca. Artinya, teks itu yang utama.
Namun, tidak jarang karya sastra dibebani perkara di luar teks. Apabila kita membaca buku Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 20 Mei 2024, tertulis bahwa tujuan akhir Sastra Masuk Kurikulum adalah ”menumbuhkan rasa toleransi dan gotong royong… serta mempromosikan nilai-nilai keimanan dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, kebinekaan global, dan kemandirian”. Tampak upaya untuk mengubah karya sastra menjadi kitab moral; menggeser produk estetika menjadi produk etika.