Dari Romantisisme Merek ke Transformasi Model Bisnis
Bata hanya menutup pabrik pembuatan sepatu dan membawa pesan bahwa mereka tetap bertahan, tapi dengan model bisnis baru.
Berita tentang ditutupnya pabrik sepatu Bata mengagetkan hampir semua orang, terutama buat mereka yang lahir di antara tahun 1950 dan 1970-an. Angkatan tahun ini sudah dapat dipastikan punya pengalaman memakai sepatu Bata sepanjang sekolah rakyat atau sekolah dasarnya, bahkan mungkin sampai sekolah lanjutan atas. Ada ingatan betapa bangganya saat memakai sepatu Bata, sebuah romantisisme pada merek.
Sarkar (2011) menyebutkan bahwa romantisisme merek (romantic brand love) dipengaruhi oleh romantisisme, kepuasan, pengalaman pada merek, dan customer delight. Sepertinya hal inilah yang terjadi pada merek sepatu Bata. Romantisisme zaman sekolah dengan pengalaman menggunakan merek sepatu Bata menjadi delight karena bergengsi saat itu dan menjadi kebanggaan (brand pride). Lengkaplah sudah kecintaan pada Bata dan segala romantisismenya.