logo Kompas.id
OpiniJangan Khianati Reformasi 1998
Iklan

Jangan Khianati Reformasi 1998

Ingatlah, Reformasi 1998 dibayar dengan harga sangat mahal. Ada anak-anak bangsa yang rela berkorban darah dan nyawa.

Oleh
MOHAMMAD SIDIK NUGRAHA
· 1 menit baca
Puluhan ribu orang yang terdiri dari mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Jakarta, aktivis, tokoh masyarakat, artis, dosen, dan berbagai kelompok profesi lainnya, Rabu (13/5/1998) siang, berbaur menjadi satu di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta Selatan. Keheningan, wajah tertunduk sedih, mata berkaca-kaca dan isak tangis tertahan dan sesekali seruan Allahu Akbar mewarnai suasana pemakaman dua jenazah mahasiswa Universitas Trisakti ”Pejuang Reformasi”, Elang Mulya Lesmana dan Heri Hartanto.
KOMPAS/JULIAN SIHOMBING

Puluhan ribu orang yang terdiri dari mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Jakarta, aktivis, tokoh masyarakat, artis, dosen, dan berbagai kelompok profesi lainnya, Rabu (13/5/1998) siang, berbaur menjadi satu di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta Selatan. Keheningan, wajah tertunduk sedih, mata berkaca-kaca dan isak tangis tertahan dan sesekali seruan Allahu Akbar mewarnai suasana pemakaman dua jenazah mahasiswa Universitas Trisakti ”Pejuang Reformasi”, Elang Mulya Lesmana dan Heri Hartanto.

Bangsa Indonesia memperingati dua peristiwa sejarah penting pada bulan Mei, yakni berdirinya Budi Utomo dan lengsernya Presiden Soeharto. Peristiwa pertama diabadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan diperingati setiap tanggal 20 Mei. Peristiwa kedua dikenang sebagai Hari Reformasi Nasional dan diperingati setiap tanggal 21 Mei.

Sekadar mengingatkan, Reformasi 1998 mengamanatkan enam agenda: Pertama, adili Soeharto dan kroni-kroninya; Kedua, berantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); Ketiga, tegakkan supremasi hukum; Keempat, cabut dwifungsi ABRI; Kelima, laksanakan otonomi daerah seluas-luasnya; Keenam, amendemen Undang-Undang Dasar 1945.

Editor:
YOHANES KRISNAWAN
Bagikan