logo Kompas.id
›
Opini›Indonesia dan Demokrasi
Iklan

Indonesia dan Demokrasi

Demokrasi tak punya akar sejarah dan geneologis di Indonesia yang memungkinkannya jadi sistem dan budaya politik mapan.

Oleh
FARID MUTTAQIN
· 1 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Indonesia pasca-Reformasi 1998 diklaim sebagai salah satu negara terbesar demokrasi. Dalam banyak studi antropologi, sosiologi, dan ilmu politik, Indonesia dirujuk sebagai contoh penting kompatibilitas dan keharmonisan relasi Islam dan demokrasi; di Indonesia, Islam dan demokrasi tidak saling kontradiktif dan konflik. Sebagai contoh, feminisme—salah satu praxis demokrasi—menjadi agenda aktivisme yang hidup di kalangan Muslim Indonesia.

Pemilu 2024 memunculkan pertanyaan, apakah demokrasi benar-benar bisa menjadi bagian sistem dan budaya politik yang mapan di Indonesia? Pada pemilu lalu, beberapa kalangan akademisi dan aktivis menunjukkan keresahannya terkait degradasi demokrasi (democratic backlash) yang dipertontonkan melalui berbagai manuver politik yang melibatkan kekuasaan.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan