ETALASE
Bangsa dan Pemimpin yang Layak Baginya
Sesuatu yang diakui sebagai kejutan, bahkan oleh kubu paslon nomor urut 2 dalam beberapa acara publik setelah pilpres.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F17%2Fb4cc7bcc-fae3-4a53-aa80-2b49af743de6_jpg.jpg)
-
Awal milenia ini, saat sedang mengambil Amerika Latin sebagai fokus studi bisnis internasional di benua seberang, kelas saya sering dipanaskan debat tentang Hugo Chavez, politisi dan mantan perwira militer yang baru terpilih sebagai Presiden Venezuela. Tak cuma antara dosen dan murid, debat bahkan terjadi antara sesama murid dari Venezuela. Chavez, yang pernah dipenjara karena percobaan kudeta, populer sebagai politisi karena retorika melawan oligarki dan kekuatan asing. Sebagai presiden, Chavez hanya sesaat ramah pada investasi asing sebelum membatu dalam jargon nasionalismenya yang perlahan menghancurkan perekonomian.
Namun, saat itu, cukup banyak murid asal Venezuela yang masih membela Chavez. Saat perdebatan meruncing, pembela Chavez kadang terpancing menuduh murid Venezuela yang mengkritisi Chavez sebagai antinasionalis yang terlalu lama hidup di luar negeri. Salah satu murid pengkritik Chavez akhirnya hilang sabar juga. ”C*&$! We did deserve the leader we got, after all!”
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 9 dengan judul "Bangsa dan Pemimpin yang Layak Baginya".
Baca Epaper Kompas