logo Kompas.id
›
Opini›Suara dari Dalam Kotak
Iklan

Epilog

Suara dari Dalam Kotak

Kotak-kotak sebagai penampung suara rakyat sudah lama tidak lagi mencerminkan kesejatian hati nurani.

Oleh
PUTU FAJAR ARCANA
· 0 menit baca
Warga antre memberikan suaranya di TPS 5, Kelurahan Kwitang, Jakarta, saat Pemilu 1971, Sabtu (3/7/1971).
KOMPAS/PAT HENDRANTO

Warga antre memberikan suaranya di TPS 5, Kelurahan Kwitang, Jakarta, saat Pemilu 1971, Sabtu (3/7/1971).

Entah kenapa dari Pemilu 1971 dan Pemilu 1977 yang terekam dalam ingatanku adalah tumpukan kotak kayu di balai desa. Kotak-kotak yang berat itu menggunung sampai ke langit-langit gedung. Dalam banyak kesempatan, kotak-kotak itu digunakan sebagai tempat duduk jika warga mengadakan rapat desa. Barangkali saking banyaknya, tak jarang juga aku menemukan kotak-kotak yang serupa disimpan di rumah warga.

Bapak sebagai salah seorang pamong desa tampaknya tak luput juga membawa pulang kotak kosong. Ia kemudian memodifikasinya menjadi lemari pakaian kami. Aku ingat, di setiap kamar tidur kami, selalu ada satu kotak kosong. Warga lain, setidaknya lamat-lamat dalam ingatanku, ada yang memodifikasinya sebagai meja belajar untuk anak-anaknya. Pokoknya, kotak-kotak suara dari kayu yang ukurannya cukup besar dibandingkan kotak suara dalam Pemilu 1982 sampai 1992 itu dimodifikasi untuk berbagai kepentingan.

Editor:
BUDI SUWARNA
Bagikan
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...