logo Kompas.id
OpiniMasa Depan Myanmar
Iklan

Tajuk Rencana

Masa Depan Myanmar

Kelompok-kelompok etnis di Myanmar menyadari tak cukup hanya mengalahkan junta, tetapi juga harus mewujudkan demokrasi.

Oleh
REDAKSI
· 1 menit baca
Pengunjuk rasa mengusung gambar tokoh demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dalam demonstrasi di depan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bangkok, Thailand, 1 Februari 2024
AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA

Pengunjuk rasa mengusung gambar tokoh demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dalam demonstrasi di depan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Bangkok, Thailand, 1 Februari 2024

Kudeta militer yang mendongkel pemerintahan sipil Myanmar telah berlangsung tiga tahun. Negara itu kini didera prahara tak berujung. Milisi terus melawan junta.

Kudeta yang dilakukan angkatan bersenjata Myanmar itu berlangsung pada 1 Februari 2021. Tokoh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Aung San Suu Kyi, ditahan. Para anggota parlemen dari partai ini ikut ditahan. Kudeta militer direspons dengan unjuk rasa di seluruh Myanmar. Militer lantas menghadapinya dengan aksi brutal dan represif. Lebih dari 4.400 orang tewas sejak kudeta terjadi, sementara lebih dari 25.000 orang ditahan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, ada lebih dari 2 juta warga Myanmar yang mengungsi (Kompas.id, 1 Februari 2024).

Editor:
ADI PRINANTYO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Masa Depan Myanmar".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.