logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊJangan Abaikan Generasi Matang...
Iklan

Jangan Abaikan Generasi Matang dalam Pemilu

Jika generasi muda mencakup seluruh kelahiran milenial, kaum muda yang berumur 17-43 tahun mencapai 59 persen dari warga pemilih. Namun, jika diartikan berusia di bawah 40 tahun, kaum muda menjadi 51 persen dari pemilih.

Oleh
MAYLING OEY-GARDINER
Β· 5 menit baca
Ilustrasi
KOMPAS/HERYUNANTO

Ilustrasi

Akhir-akhir ini makin gencar diserukan kepada generasi muda agar mereka melaksanakan hak pilih pada Februari mendatang. Seruan itu didengungkan di tengah kampanye calon presiden dan calon wakil presiden dari satu daerah ke daerah lain, dari satu kelompok ke kelompok lain.

Rancangan kampanye pun disesuaikan untuk menarik suara generasi muda. Apakah hal itu dilakukan dengan melalaikan generasi pendahulunya?

Seruan dan rancangan kampanye itu terkait anggapan bahwa kelompok muda akan menentukan hasil pemilihan umum mendatang. Benarkah?

Apakah hal itu berarti kebutuhan generasi sebelumnya, yang saya sebut generasi matang, tidak diperlukan dan dapat diabaikan dalam kampanye pemilihan pimpinan bangsa mendatang?

Diperkirakan, mayoritas warga kini merupakan generasi muda. Kelompok ini biasa diasosiasikan sebagai kaum milenial dan generasi Z yang lebih biasa menyebut dirinya Gen-Z. Sekitar separuh di antaranya adalah pemilih pemula.

Rancangan kampanye pun disesuaikan untuk menarik suara generasi muda. Apakah hal itu dilakukan dengan melalaikan generasi pendahulunya?

Adapun generasi matang merupakan kelompok pendahulu generasi muda. Dikatakan bahwa kelompok ini terdiri atas tiga kohor kelahiran. Tertua adalah kohor kelahiran sebelum 1945 yang disebut generasi pendiam (silent generation). Generasi ini tinggal 1,5 persen dari total penduduk pemilih (usia 17 tahun ke atas). Kohor berikutnya disebut baby boomers, adalah kelahiran 1946-1964. Ketiga adalah kohor yang disebut generasi X, kelahiran 1965-1980.

Generasi matang ini menanti kesadaran para calon pemimpin bangsa untuk menunjukkan rencana perbaikan kesejahteraan dan kehidupannya.

Tangan Basuni (70) menggengam cangkul untuk menggarap sawahnya yang ditanami kacang tanah di Sukamulya, Bogor, Jawa Barat, Minggu (29/11/2020). Basuni tetap produktif di usia senjanya.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Tangan Basuni (70) menggengam cangkul untuk menggarap sawahnya yang ditanami kacang tanah di Sukamulya, Bogor, Jawa Barat, Minggu (29/11/2020). Basuni tetap produktif di usia senjanya.

Perlu diingat bahwa sebagian besar pemimpin bangsa yang mengisi kedudukan formal ataupun informal di pemerintahan dan masyarakat umumnya adalah anggota generasi matang. Akankah kepentingan mereka mendapat perhatian pimpinan bangsa mendatang?

Pembagian kedua kelompok pemilih sebetulnya cukup seimbang. Pasangan calon dan tim kampanye memiliki kecenderungan sangat bergantung pada pengertian pengelompokan menurut umur yang digunakan.

Biasanya generasi muda diartikan terdiri atas kaum milenial, yaitu generasi kelahiran tahun 1981-1996 dan Gen-Z yang lahir pada 1997-2010. Pada tahun 2024, generasi milenial akan berumur 28-43 tahun, sedangkan Gen-Z berusia 14-27 tahun.

Aturan usia minimum pemilih adalah 17 tahun dan batas atas yang banyak digunakan untuk disebut muda adalah sebelum usia 40 tahun. Maka, gabungan kedua kelompok umur yang biasa disebut generasi muda ini adalah mereka yang berusia 17 tahun hingga 39 tahun.

Seberapa besarkah kelompok muda Indonesia pada waktu Pemilu 2024? Benarkah kaum muda mendominasi secara signifikan calon pemilih hingga kelompok usia selanjutnya, yaitu kelompok matang, dapat diabaikan?

Gabungan kedua kelompok umur yang biasa disebut generasi muda ini adalah mereka yang berusia 17 tahun hingga 39 tahun. Seberapa besarkah kelompok muda Indonesia pada waktu Pemilu 2024?

Kelebihan pengelompokan calon pemilih antara generasi muda dan generasi matang akhirnya ditentukan oleh ke mana warga yang berusia 40-43 tahun pada 2024 akan dikelompokkan. Kelompok umur ini mencapai sekitar 8 persen calon pemilih atau secara absolut berjumlah sekitar 16 juta orang, jumlah yang tidak dapat diabaikan begitu saja.

Oleh karena itu, ke mana mereka dikelompokkan akan menentukan dominasi di antara kedua generasi tersebut.

Tertawa bersama-sama dalam salah satu sesi Yoga Ketawa Indonesia untuk lansia pada 18 Februari 2020 di Yogyakarta.
DOKUMENTASI YOGA KETAWA INDONESIA

Tertawa bersama-sama dalam salah satu sesi Yoga Ketawa Indonesia untuk lansia pada 18 Februari 2020 di Yogyakarta.

Jika generasi muda meliputi keseluruhan kelahiran milenial, maka kaum muda yang berumur 17-43 tahun menjadi 59 persen dari warga pemilih, sedangkan generasi matang hanya 41 persen dari calon pemilih.

Namun, jika generasi muda diartikan sebagai berusia di bawah 40 tahun, kaum muda meliputi 51 persen dan kaum matang 49 persen. Ini perbedaan yang tidak terlalu dramatis dan perlu diperhitungkan.

Mereka berbeda

Iklan

Kedua kelompok generasi tersebut bertumbuh kembang dalam keadaan sosial ekonomi yang sangat berbeda. Generasi matang disosialisasikan untuk melanjutkan tradisi keluarga orangtua atau pendahulunya dalam kehidupan sosial keluarga hingga komunitas.

Lain halnya dengan generasi muda yang bertumbuh kembang dalam keadaan ekonomi yang terus membaik secara berkelanjutan. Generasi muda juga merasa lebih berdikari, memiliki pilihan hidup yang mungkin saja berbeda dari kehidupan orangtuanya.

Kedua kelompok generasi tersebut bertumbuh kembang dalam keadaan sosial ekonomi yang sangat berbeda.

Benar sekali, generasi muda memiliki modal manusia yang lebih kaya dan bermutu dalam pasar dengan pilihan yang lebih besar. Ini memungkinkannya tidak bergantung kepada orangtua. Di samping itu, mereka dibesarkan dalam dunia dengan perkembangan teknologi inovatif dan disruptif yang memberikan kemungkinan baru.

Bagaimana tidak, sejarah pembangunan Indonesia menunjukkan peningkatan kesejahteraan rakyat yang sangat berarti sebagaimana ditunjukkan oleh penurunan kemiskinan dan peningkatan pendapatan per kapita. Kemajuan itu memungkinkan bangsa Indonesia turut menikmati perkembangan yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Maskot Pemilu 2024, Sura dan Sulu, menyapa warga yang berolahraga di Jalan Protokol MH Thamrin, Jakarta Pusat, saat sosialisasi Pemilu 2024 bagi pemilih muda, Minggu (17/12/2023). Sosialiasi ini bertujuan meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.
KOMPAS/PRIYOMBODO

Maskot Pemilu 2024, Sura dan Sulu, menyapa warga yang berolahraga di Jalan Protokol MH Thamrin, Jakarta Pusat, saat sosialisasi Pemilu 2024 bagi pemilih muda, Minggu (17/12/2023). Sosialiasi ini bertujuan meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu.

Adapun generasi matang tumbuh kembang dalam kemiskinan yang masih sangat luas. Bahkan, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melaporkan hasil perkiraannya pada 1970, sebanyak 60 persen penduduk tergolong miskin. Perhitungan Bank Dunia mencatat pendapatan per kapita saat itu berada pada tingkat 597,1 dollar AS (pada harga konstan 2015).

Jauh lebih makmur keadaan bangsa pada masa pertumbuhan generasi muda. Generasi milenial tumbuh dalam lingkungan dengan tingkat kemiskinan 15,1 persen pada 1990 dan pendapatan per kapita mencapai 1.483,6 dollar AS.

Sementara Gen-Z sudah menikmati makin menciutnya kemiskinan menjadi 13,32 persen pada 2010 dan pendapatan per kapita sudah mencapai 2.659 dollar AS.

Belakangan, kita hidup lebih makmur dengan kemiskinan tercatat tinggal 9,4 persen pada 2020 sebelum pandemi Covid-19. Sementara pendapatan per kapita 4.073,6 dollar AS pada 2022, menempatkan Indonesia dalam kelompok negara menengah atas.

Perbedaan lingkungan sosial-ekonomi ketika suatu generasi sedang bertumbuh kembang tentu memberikan kemungkinan investasi berbeda.

Perbedaan lingkungan sosial-ekonomi ketika suatu generasi sedang bertumbuh kembang tentu memberikan kemungkinan investasi berbeda. Salah satu hasilnya tercatat dalam pendidikan.

Sakernas 2023 mencatat bahwa di antara generasi matang hanya 32 persen yang berpendidikan SLTA ke atas dan 10 persen saja yang berpendidikan tinggi, meliputi program diploma dan sarjana.

Kontras dengan generasi muda yang telah menikmati pendidikan jauh lebih luas dan banyak hingga 60 persen berpendidikan SLTA ke atas dan 16 persen berpendidikan tinggi. Perbedaan tersebut tentu saja berdampak pada kemampuan belajar menguasai dan menggunakan teknologi terkini yang terus berkembang, seperti AI dan Robotics.

Baca juga : Politik Benang Kusut Pemilih Muda

Gambaran perbedaan modal manusia itulah yang menentukan serta menimbulkan harapan keragaman dalam kehidupan dan perkembangan ke depan.

Salah satu kebutuhan mendesak adalah kesempatan aktualisasi diri menjadi manusia berguna yang tidak bergantung pada belas kasihan, seperti pembagian makanan gratis. Kebijakan dan program pembukaan kesempatan kerja di sektor swasta amat penting, terutama dalam sektor formal.

Generasi muda memerlukan pekerjaan pertama. Adapun generasi matang memerlukan pekerjaan lanjutan ketika ia diberhentikan karena teknologi membuat kalah bersaing atau karena pensiun pada usia masih produktif.

Baca juga: Pemilih Muda dan Buaian "Politainment"

Semua capres dan cawapres perlu mengingat bahwa di antara pemilih ada pula golongan lansia. Hingga kini, pemerintah masih sangat kurang memperhatikan kebutuhan mereka.

Siapa pemimpin yang menjadi pendahulu merancang program bagi warga lansia yang makin lama makin panjang usianya. Di antara mereka, tentu ada yang kurang sehat, tetapi ada pula yang masih sangat sehat dan berguna.

*Mayling Oey-Gardiner,Demograf, Guru Besar Universitas Indonesia, dan Ketua Komisi Ilmu Sosial-Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

Mayling Oey-Gardiner
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Mayling Oey-Gardiner

Editor:
NUR HIDAYATI
Bagikan