Menggagas Sertifikat Etika AI
Tanpa ada pertimbangan etis, kecerdasan buatan berisiko menimbulkan bias dan diskriminasi di dunia nyata.
Perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) semenjak ChatGPT viral di masyarakat meningkatkan kekhawatiran bagi banyak pihak karena dapat menimbulkan penyalahgunaan untuk kepentingan akademik, bisnis, hukum, atau bahkan politik.
Membicarakan AI tidak sekadar membahas bergesernya peran manusia dalam pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya berulang-ulang, permasalahan kepemilikan hak cipta yang sampai saat ini masih jadi perdebatan, bias suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang muncul akibat sumber data yang tidak seimbang, atau sekadar kemampuan menjawab pertanyaan-pertanyaan hasil ringkasan dari berbagai sumber yang sebelumnya harus dicari melalui mesin pencari.