Komunikasi Politik Inklusif, Membangun Narasi Bersama
Dalam masyarakat yang beragam dan majemuk seperti Indonesia, mengadopsi strategi komunikasi politik inklusif dapat mengurangi dampak buruk dari narasi-narasi yang cenderung berbau politik identitas.
Seiring dengan persiapan Indonesia menghadapi Pemilu 2024 yang krusial, ada kekhawatiran pengalaman pahit Pemilu 2019 yang terpolarisasi karena politik identitas akan terulang kembali. Sebuah kekhawatiran yang wajar mengingat bahaya politik identitas dapat menyebabkan perpecahan sosial dan proses politik menjadi tidak terfokus pada diskursus kebijakan yang substantif.
Politik identitas, yang didefinisikan sebagai pengutamaan identitas pribadi seperti ras, agama, etnis, atau kelas sosial dalam membentuk wacana politik, dapat memolarisasi masyarakat dan menghambat proses demokrasi. Untuk mencegah terulangnya tren ini, diperlukan upaya komunikasi politik inklusif.