logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊPolusi dan Kesehatan Mental
Iklan

Polusi dan Kesehatan Mental

Paparan berkepanjangan terhadap polusi udara dapat mengganggu regulasi hormon stres dan neurotransmiter, yang merupakan faktor penting dalam pengaturan suasana hati dan respons terhadap stres.

Oleh
WAWAN KURNIAWAN
Β· 0 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GR3rLUO9aAU2gfGsHdBJt7d9V0c=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F03%2F65f790ba-af46-4f4f-b65e-6032a9dce30c_jpg.jpg

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 9 dari 10 orang di dunia menghirup udara yang tercemar dan paparan udara yang tercemar akan bertanggung jawab atas 7 juta kematian setiap tahun. Hari ini, ketika berita tentang polusi di berbagai kota besar di Indonesia kian parah, langkah strategis untuk mengatasi masalah ini belum menjadi prioritas utama. Bahkan, ketika berbagai data dan temuan ilmiah memperlihatkan betapa berbahayanya polusi udara yang ada saat ini.

Sejumlah penelitian telah mengaitkan dampak buruk polusi udara dengan penyakit pernapasan, kardiovaskular, dan neurovaskular. Namun, yang masih jarang diperhatikan adalah betapa polutan udara juga dapat menyebabkan efek neurokognitif yang pada akhirnya berdampak buruk kepada kesehatan mental masyarakat. WHO telah berinisiatif untuk memasukkan kesehatan mental ke dalam domain noncommunicable diseases (NCDs) sebab kesehatan mental merupakan faktor risiko yang kuat untuk NCDs.

Editor:
Bagikan