Problem Fundamental Bangsa
Kita membutuhkan kepemimpinan dan pemerintahan yang kuat dan tegas untuk mengatasi masalah fundamental bangsa: korupsi sistemik, kualitas SDM yang memprihatinkan, hingga ancaman krisis pangan dan energi berkelanjutan.
Semasa Depresi Besar 1930-an dan menjelang Perang Dunia II, para tokoh pergerakan kemerdekaan jeli membaca tanda-tanda bakal timbul perang dahsyat di Pasifik. Kecerdasan mencermati konstelasi geopolitik dan geoekonomi dunia pada era itu tersurat dalam risalah Tan Malaka: Naar de Republiek Indonesie (Menuju Republik Indonesia) tahun 1925, pidato inaugurasi Bung Hatta sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda: ”Bangun Ekonomi Dunia dan Pertentangan-pertentangan Kekuasaan” tahun 1926, dan ikhtisar Bung Karno: ”Mencapai Indonesia Merdeka”, tahun 1933.
Kecerdikan pemuda terpelajar menelaah kegentingan situasi dunia pada saat itu sekaligus menyiasatinya untuk kepentingan bangsa mengejawantah dalam menyusun strategi perjuangan meraih kemerdekaan. Perihal ini dijelaskan Ben Anderson dalam tesisnya: Revolusi Pemoeda, 1972: ”Revolusi Indonesia tidak digerakkan oleh kaum intelektual yang tersisihkan (alienated intellectual), juga bukan oleh kelas tertindas (oppressed classes), namun oleh pemuda terdidik yang memiliki kesadaran tinggi atas kondisi bangsanya”.