Papua dan Ekonomi Politik yang Destruktif
Aspek ketimpangan yang dialami orang asli Papua, salah satu faktor pemicu konflik di Papua, tak hanya disebabkan oleh kebijakan yang ”tidak tepat”, tetapi juga oleh faktor-faktor ekonomi politik yang bersifat destruktif.
Pada 21 Maret 2022, penulis menulis artikel di Kompas yang berjudul ”Papua dan Pengabaian ’Nexus’ Konflik-Pembangunan”. Penulis ingin memahami kaitan antara konflik dan pembangunan. Observasi di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, belum lama ini memvalidasi bahwa salah satu faktor pemicu konflik adalah karena aspek ketimpangan, khususnya yang dialami oleh orang asli Papua (OAP). Konflik sendiri adalah penghambat dari pembangunan.
Menariknya, aspek ketimpangan ini tidak hanya disebabkan oleh kebijakan yang ”tidak tepat”, tetapi juga oleh faktor-faktor ekonomi politik yang bersifat destruktif. Ekonomi politik yang destruktif adalah faktor-faktor yang menghambat pembangunan di mana ada faktor-faktor politik yang juga merusak tujuan ekonomi. Sebagai dampak tidak langsungnya adalah mentalitas atau karakter yang ”khas” OAP berlandaskan budaya yang ”terdistorsi” dan sulit dinalarkan berdasarkan nilai-nilai yang bersifat universal.