logo Kompas.id
OpiniSeni, Disabilitas, dan...
Iklan

Seni, Disabilitas, dan Kemanusiaan

Seni menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan mimpi anak-anak disabilitas menaklukkan dunia. Karena itu, kampanye kesetaraan perlu terus didengungkan bahwa siapa pun memiliki hak sama merengkuh indahnya dunia seni.

Oleh
ARIS SETIAWAN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/IykFjdISLZfLdvOIemyks_5k3Tg=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F06%2F21%2Fcbbe7fe8-76a9-46d3-9e4d-978e863894d1_jpg.jpg

Beberapa hari setelah Putri Ariani, penyanyi muda penyandang disabilitas netra asal Yogyakarta mendapat golden buzzer dari Simon Cowell pada audisi America’s Got Talent, Muhammad Fauzi, seorang disabilitas rungu, mendapat gelar doktor bidang seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta (12 Juni 2023). Apabila Putri Ariani menjadi penyanyi disabilitas pertama yang mendapat golden buzzer, Muhammad Fauzi adalah disabilitas rungu pertama di Indonesia yang mampu meraih gelar doktor bidang seni dengan predikat cum laude.

Seni tampaknya menjadi salah satu jalan yang mampu mewujudkan mimpi anak-anak disabilitas untuk menaklukkan dunia. Karena lewat senilah ukuran-ukuran normatif tentang ”manusia ideal” itu tereduksi, hilang, atau tak berarti.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan