logo Kompas.id
OpiniKorupsi Terus Memangsa Negeri
Iklan

Korupsi Terus Memangsa Negeri

”Apakah korupsi ada kaitannya dengan budaya feodal yang tidak bisa membedakan mana ’yours’ dan ’mine’?” demikian disampaikan Jakob Oetama, pendiri ”Kompas”, suatu ketika.

Oleh
BUDIMAN TANUREDJO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/M2_A71VwLUbq21ieZRtxVMM4MkM=/1024x1550/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F01%2F18%2F97dd5db4-d802-4dd7-af65-4c78c95387ab_jpg.jpg

Dalam obrolan di ruang rapat redaksi beberapa tahun lalu, pendiri Kompas Jakob Oetama pernah melontarkan pertanyaan, ”Mengapa korupsi terus terjadi di negeri ini? Padahal, sistem politik sudah bergeser dari otokrasi ke demokrasi.” Itulah gaya Jakob melemparkan gagasan kepada awak redaksi untuk terus mencari dan menggali serta mencari jawaban atas masalah sosial di tengah masyarakat.

”Apakah korupsi ada kaitannya dengan budaya feodal yang tidak bisa membedakan mana yours dan mine?” demikian Jakob beretorika. Padahal, sistem politik sudah terbuka. Kekuasaan otoriter Orde Baru telah tumbang. Sistem pengawasan disiapkan, keran kebebasan berpendapat terbuka. Dalam sistem demokrasi, mengapa korupsi terus saja terjadi? Gugatan terhadap demokrasi dan korupsi menarik diperdebatkan.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan