logo Kompas.id
›
Opini›Korupsi dan Demokrasi
Iklan

Korupsi dan Demokrasi

Mengapa setelah berdemokrasi selama 25 tahun, kita masih juga belum mampu memberantas perilaku koruptif dan korupsi?

Oleh
Rizal Sukma
· 0 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vWnsBQcmrhQjzi8P5tnjqpsyClc=/1024x575/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F12%2F21%2F2a2046de-8adf-4004-8906-25cb03ca5a0c_jpg.jpg

Salah satu hal yang paling diharapkan dari demokrasi adalah terciptanya kondisi yang mengharuskan negara (baca: para penguasa) menciptakan kesempatan yang sama bagi semua warga negara untuk memiliki kehidupan lebih baik. Untuk itu, demokrasi diharapkan tidak hanya mampu menjamin kebebasan (freedom), keamanan (safety), dan hak asasi warga negara, tetapi juga mampu menghasilkan kesejahteraan dan keadilan bagi semua. Bahkan, dua kondisi terakhir ini—kesejahteraan dan keadilan—kerap menjadi hal yang paling didambakan oleh mereka yang hidup dalam sistem demokratis.

Namun, ketika apa yang diharapkan dari demokrasi itu tidak kunjung tiba atau dirasa tidak sesempurna yang diharapkan, maka ada saja pihak-pihak yang dengan mudah menyalahkan demokrasi itu sendiri. Berbagai narasi, seperti yang pernah saya sampaikan dalam analisis politik sebelumnya (Kompas, 16 Februari 2023), dilontarkan untuk menyudutkan demokrasi, bahkan dengan tidak malu-malu memuji-muji sistem politik autokrasi (autocracy) yang dianggap lebih hebat.

Editor:
ANTONY LEE
Bagikan