logo Kompas.id
OpiniMengantisipasi Lonjakan Mudik
Iklan

Mengantisipasi Lonjakan Mudik

Animo masyarakat untuk mudik diperkirakan melonjak. Pemerintah perlu mengantisipasi sejumlah titik kritis jalur mudik yang berpotensi menjadi ”bottleneck”, yang menimbulkan kemacetan parah akibat penumpukan kendaraan.

Oleh
WIHANA KIRANA JAYA
· 1 menit baca
Ilustrasi
HERYUNANTO

Ilustrasi

Sebuah iklan di koran Batavia Centruum, 2 Desember 1937, berbunyi: ”Hari Raja Aidilfitri, Setahoen Sekali Moesti Perloekan Tengok Familie. Itoe Soeatoe Kewadjiban! Goenakanlah Kereta Api SS. Sentausa, Senang, dan Moerah!”

Tradisi mudik telah terbangun dan berkembang sejak era kolonialis Hindia Belanda. Tumbuhnya tradisi ini didukung berkembangnya transportasi massal berbasis rel, khususnya di Jawa, yang dipelopori maskapai kereta api NISM (Nederlansch Indiche Spoorweg Maatschapij) dan SS (Staatsspoorwegen), pasca-Revolusi Industri I di Eropa.

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan