logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊKrisis Koeksistensi dan Film...
Iklan

Krisis Koeksistensi dan Film sebagai Antitesis

Film perlu difungsikan secara politis dalam pengertian yang lebih positif: bukan alat propaganda, melainkan cara untuk menyatakan keragaman kita di tengah berbagai ancaman yang semakin jelas terhadap kebinekaan.

Oleh
PURNAWAN ANDRA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/NJeupUGOpKAFa66IMbHZMLI1hss=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F28%2F5f44e2b5-9e3f-4dcc-8a29-ed24ebd85cd3_jpg.jpg

Perfilman Indonesia terus memperoleh apresiasi. Harian Kompas (7/2/2023) menuliskan bahwa di pasar dalam negeri, sejumlah film mencatatkan rekor penonton berdasarkan jumlah tiket terjual di bioskop.

KKN di Desa Penari (2022) menjadi film terlaris dengan 10 juta penonton. Menyusul kemudian film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016) dengan 6,8 juta penonton, Pengabdi Setan 2: Communion (2022) dengan 6,39 juta penonton, dan Dilan 1990 (2018) dengan 6,31 juta penonton.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan