logo Kompas.id
OpiniNahdlatul Ulama
Iklan

Nahdlatul Ulama

Islam di Nusantara dianggap distingtif karena ia dinilai sebagai ”incomplete Islam” atau ”corrupted Islam”. Nahdlatul Ulama mengubah paradigma tahun 1960-an itu.

Oleh
Ahmad Najib Burhani
· 1 menit baca
Ahmad Najib Burhani
SALOMO TOBING

Ahmad Najib Burhani

Pada 7 Februari 2023 lalu, Nahdlatul Ulama (NU) memperingati 1 Abad pendiriannya. Perhitungan yang dilakukan didasarkan pada kalender Hijriah, di mana NU lahir pada 16 Rajab 1344 H dan pada 7 Februari kemarin adalah 16 Rajab 1444. Berdasarkan kalender Masehi, NU berdiri pada 31 Januari 1926 yang usia 100 tahunnya adalah tiga tahun mendatang.

Kegiatan dan peringatan 1 Abad NU itu tidak hanya dilakukan PBNU dan berbagai lembaga yang terkait dengan NU, tapi juga oleh organisasi lain. Di antaranya adalah Partai Amanat Nasional (PAN) yang di Jawa Timur kadang disebut sebagai ”Partai Anaknya Nahdliyyin” atau ”Partai Akan NU”. PAN yang dalam sejarahnya identik dengan Muhammadiyah ini menyelenggarakan Simposium Satu Abad NU di Sheraton Hotel, Surabaya, 18 Februari 2023, dengan dihadiri Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan sejumlah kiai dari Jawa Timur, seperti KH Fuad Nurhasan Sidogiri.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan