logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊTionghoa dan Kepemimpinan...
Iklan

Tionghoa dan Kepemimpinan Indonesia

Distingsi sosiologis pribumi dan peranakan secara empirishistoris sudah tidak relevan lagi. Sudah seharusnya para aktor politik tidak lagi menjadikan pribumi/nonpribumi sebagai alat provokasi untuk meraup suara.

Oleh
ACHMAD FAUZI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fVpkKksDvvim9n7HMC_XB7f8yKw=/1024x576/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F22%2F01ea9d32-cb16-4df9-85cd-a9352dfc9f3c_jpg.jpg

Mungkinkah Indonesia ke depan dipimpin keturunan Tionghoa? Siapkah seluruh elemen bangsa menerima kenyataan dipimpin putra terbaik keturunan Tionghoa. Pertanyaan ini diajukan menjelang pesta demokrasi elektoral 2024 karena beberapa alasan.

Pertama, Indonesia sudah melepaskan diri dari pengaruh politik segregasi kolonial yang menyekat secara dikotomi pribumi dan nonpribumi. Konsekuensi politiknya, semua warga negara memiliki hak sama untuk memilih dan dipilih dalam kontestasi pemilihan umum.

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan