logo Kompas.id
OpiniInternalisasi Kerukunan di...
Iklan

Internalisasi Kerukunan di Tengah Keragaman

Untuk menciptakan ekosistem beragama yang beradab, perlu kedewasaan dalam mentransmisikan ajaran agama yang kontekstual. Tokoh agama, pemerintah, dan kaum terdidik harus jadi simpul keteladanan dalam merajut perbedaan.

Oleh
FATHORRAHMAN GHUFRON
· 1 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Perayaan Hari Amal Bakti Kementerian Agama yang ke-77 pada 2023 mengambil tema ”Kerukunan Umat untuk Indonesia Hebat”. Secara semiotis, tema ini menggambarkan sebuah rekognisi dan ko-eksistensi terhadap perbedaan yang dianut oleh setiap orang. Terlebih kondisi geografis Indonesia yang dilatari oleh berbagai tekstur lokasi yang beragam. Demikian pula postur penduduknya yang tersebar di berbagai kawasan khatulistiwa dilandasi oleh aneka rupa ekspresi penghayatan dan pengalaman.

Tidak terlalu berlebihan apabila semboyan Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebuah mantra kebangsaan oleh para pendiri negara ini untuk mengajak setiap penduduknya saling menghargai dan saling mengenali. Namun, dalam perkembangannya, mantra kebangsaan yang sangat menjunjung tinggi spirit persatuan dan kerukunan sering kali kandas di tengah jalan.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan