Perjalanan Menuju Bangsa Antikritik
Indonesia sedang berjalan menjadi sebuah bangsa yang antikritik karena seringnya penggunaan UU ITE untuk menjerat orang satu dengan lainnya. Selama UU ITE tidak direvisi, demokrasi di Indonesia akan berjalan mundur.
Baru-baru ini, media sosial dibuat gaduh oleh seorang yang protes terhadap sebuah brand minuman cepat saji melalui akun Twitter-nya. Kritik yang disampaikan mungkin terasa terlalu pedas bagi brand minuman manis tersebut, sampai-sampai si perusahaan memilih melakukan somasi menggunakan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Tentu, media sosial gaduh, mengkritik tajam perlakuan perusahaan tersebut.
Kejadian tersebut bukanlah hal yang baru—malah sudah hampir menjadi ”budaya” di Indonesia. Pasal karet UU ITE bak kartu pamungkas bagi pihak-pihak yang merasa namanya dicemarkan melalui media sosial.