logo Kompas.id
OpiniKoplo
Iklan

Koplo

Kata ”koplo” cenderung bermakna negatif, seperti pada ”dangdut koplo”, ketimbang makna substansialnya yang sebenarnya lebih ke arah kreativitas. Penjenamaan model seperti ini sepertinya masih akan terus terjadi.

Oleh
Nur Hadi
· 1 menit baca
Penyanyi cilik Farel Prayoga tampil disela Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2022. Penampilannya yang menghibur ini juga mengangkat kembali istilah "koplo".
ANTARA/SIGID KURNIAWAN

Penyanyi cilik Farel Prayoga tampil disela Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2022. Penampilannya yang menghibur ini juga mengangkat kembali istilah "koplo".

Kata koplo kembali populer setelah Farel Prayoga menggoyang Istana Negara. Yang hendak saya apungkan bukan perkara mengapa anak sekecil itu mesti melambung lewat lagu-lagu orang dewasa, sebab industri musik anak kita memang masih tenggelam.

Tentu akan sulit dibayangkan—bahkan bisa dibilang tak mungkin—Farel akan diundang untuk turut memeriahkan perayaan HUT Ke-77 RI di Istana Negara jika ia melantunkan lagu ”Abang Tukang Bakso” yang pernah dipopulerkan Melisa. Dengan suara emasnya, Farel digadang-gadang akan menjadi calon bintang di masa depan.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan