Iklan
Azyumardi Azra: Intelektual Merdeka
Maka, jika kini kita melihat produktifnya kritik Azyumardi terhadap pemerintah di dalam tulisan-tulisannya, haruslah kita lihat sebagai kelanjutan keresahan intelektualnya sejak mahasiswa.
Beberapa hari setelah Putri Diana dimakamkan, Juli 1997, saya dan Azyurmardi Azra tiba di London, Inggris. Bahtiar Effendy, dari Amsterdam, Belanda, datang bergabung sehari setelahnya.
Seusai acara percakapan tentang Islam Indonesia (di mana Azyumardi menjadi bintangnya), saya dan Bahtiar berangkat ke Mekkah dari London untuk umrah. Azyumardi kembali ke Jakarta. Baik Azyumardi maupun Bahtiar kemudian menjadi profesor. Yang pertama dalam sejarah Islam Asia Tenggara, dan yang kedua dalam politik. Keduanya kini telah tiada.