logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊGelombang Panas dan...
Iklan

Gelombang Panas dan Konsekuensinya

Kita melihat banyak negara berpesta pora dengan sumber energi fosil, seperti batubara. Ada kemalasan beralih ke energi terbarukan, dengan alasan akan membuat daya saing perekonomiannya menurun.

Oleh
Redaksi
Β· 1 menit baca
Suasana saat gelombang panas (<i>heat wave</i>) terjadi di Trafalgar Square, London, Inggris, 18 Juli 2022.
KOMPAS/DENTY PIAWAI NASTITIE

Suasana saat gelombang panas (heat wave) terjadi di Trafalgar Square, London, Inggris, 18 Juli 2022.

Jika Kompas menurunkan tulisan tentang gelombang panas, atau tahun terpanas, sesungguhnya itu hanya mengonfirmasi yang sudah disampaikan sejak awal abad ini.

Sebuah peringatan yang kita kenang adalah terbitnya buku dari mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, An Inconvenient Truth: The Planetary Emergency of Global Warming and What We Can Do about It (2006). Sebagian warga Bumi menyadari fenomena yang digemakan Al Gore, walau mungkin baru satu sisi saja, yaitu tentang memanasnya suhu permukaan Bumi. Suhu permukaan Bumi diperkirakan meningkat 1,5 sampai 1,6 derajat celsius sejak era Revolusi Industri. Kenaikan itu diperkirakan tercapai tahun 2040.

Editor:
ANTONIUS TOMY TRINUGROHO
Bagikan