Kolom investasi
Perencanaan Dana untuk Ibadah Haji
Merencanakan dana untuk ibadah haji memang membutuhkan tekad dan kedisiplinan yang kuat. Berutang untuk biaya haji juga tidak disarankan. Berikut sejumlah langkah finansial untuk merencanakan perjalanan haji.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F27%2F7926cc79-f09c-4ed5-aca4-fce5490b1ca2_jpg.jpg)
Jemaah melakukan tawaf di lantai dua Masjidil Haram, Mekkah, Senin (27/6/2022) siang waktu setempat. Jemaah haji dari berbagai negara berdatangan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji pada awal Juli 2022.
Bagi umat Islam, perjalanan ibadah haji adalah sebuah tujuan keuangan utama yang perlu jadi prioritas. Menurut para ulama fikih, ibadah haji wajib hukumnya bagi setiap Muslim yang mempunyai kemampuan biaya, fisik, dan waktu. Hal itu sesuai dengan ayat dalam Al Quran: ”Dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke Baitullah, bagi orang yang mampu mengerjakannya” (QS Al-Imran: 97). Dengan demikian, apabila sudah memiliki kemampuan, umat Islam harus berupaya merencanakan tujuan ini, termasuk urusan keuangannya.
Saya tidak akan membahas pengertian mampu karena setiap keluarga memiliki paham dan nilai yang berbeda-beda. Namun, dalam hal yang diajarkan dalam rumah tangga saya, mampu bisa berarti sudah mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti sandang, pangan, dan papan. Dengan demikian, prioritas liburan ke Amerika Serikat, misalnya, seharusnya lebih rendah dibandingkan tujuan untuk berhaji.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 13 dengan judul "Perencanaan Dana untuk Ibadah Haji".
Baca Epaper Kompas