logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊParadoks Bonanza Komoditas
Iklan

Paradoks Bonanza Komoditas

Kita belum mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada ekspor komoditas dan bertransformasi ke manufaktur bernilai tambah tinggi. Deindustrialisasi mengancam prospek jangka panjang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Oleh
Redaksi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/bJTKis_VgZRePOpt5T-4uE2rjtg=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F20211218ags6_1639830082.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Suasana sebuah pusat perbelanjaan di Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (18/12/2021). Ekspor Indonesia mencatat rekor tertinggi pada Agustus dan terjadi surplus neraca dagang berturut-turut sejak Mei 2020. Namun, Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditas.

Berlanjutnya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 dan lonjakan harga komoditas di pasar global menyelamatkan ketahanan fiskal Indonesia di 2021.

Hingga akhir November 2021, pendapatan negara sudah mencapai 97,5 persen dari target Rp 1.743,6 triliun dan diyakini akan melebihi target pada akhir tahun. Semua pos penerimaan tumbuh positif dan diyakini juga akan melampaui target.

Editor:
A Tomy Trinugroho
Bagikan