logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊParadoks, Simulakra, dan...
Iklan

Paradoks, Simulakra, dan Alienasi

Puisi-puisi M Aan Mansyur didominasi kecenderungan solilokui penyair akan situasi paradoksal, simulakra, dan alienasi manusia ketika berhadapan dengan pergeseran zaman. Kekuatannya terletak pada konstruksi pilihan kata.

Oleh
S PRASETYO UTOMO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/P5tJlNjw9UIpVOh6NkqNFE-fD_g=/1024x688/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2F20211203-Ilustrasi-Paradoks-Simulakra-dan-Alienasi_1638543063.jpg
Kompas

Didie SW

Dua penghargaan sekaligus diraih kumpulan puisi M Aan Mansyur, Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau (Gramedia Pustaka Utama, 2020). Pertama, penghargaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada 28 Oktober 2021. Kedua, penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2021.

Saya menandai buku kumpulan puisi ini didominasi kecenderungan solilokui penyair akan situasi paradoksal, simulakra, dan alienasi manusia ketika berhadapan dengan pergeseran zaman. Penyair sadar benar akan posisinya sebagai manusia paradoks: seolah-olah bertentangan dengan kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran.

Editor:
yovitaarika
Bagikan