Media Sosial, Kuasa Bahasa Siapa
Berbahasa di media sosial tak semata-mata berkaitan dengan kecermatan atau kecakapan literatif secara digital, tetapi juga ketanggapan untuk tidak mudah percaya bahwa media sosial telah membawa perubahan sosial.
Analisis budaya dari Idi Subandy Ibrahim berjudul โKuasa Bahasa di Media Sosialโ (Kompas, 30/10/2021) menarik untuk ditanggapi. Sebab, apa yang penting untuk diperhatikan bukan sekadar pergeseran atau bahkan perubahan, berbahasa di media sosial, melainkan juga kuasa bahasa siapa dan macam apa yang sedang dihadirkan di sana. Artinya, berbahasa di media sosial tidak semata-mata berkaitan dengan kecermatan atau kecakapan literatif secara digital, tetapi juga ketanggapan untuk tidak mudah secara renyah percaya bahwa media sosial telah membawa perubahan sosial melalui teknologisasi berbahasa.
Merujuk pendapat Rudolf Mrรกzek dalam bukunya Engineers of Happy Land, Technology and Nationalism in a Colony (2006), kekuasaan yang dihasilkan oleh teknologi memang amat rawan dan rapuh untuk direkayasakan demi memenuhi kepentingan tertentu. Dengan kata lain, teknologi mampu menumbuhkan dan selanjutnya menginspirasikan, sebuah paradigma kekuasaan yang ampuh.