Hikayat Buaya
Dua belas tahun silam, seorang oknum pejabat kepolisian mengibaratkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai cicak ketika menyelidiki kasus-kasus korupsi yang melibatkan polisi, sedangkan polisi diibaratkannya buaya.
Suatu sore saya menerima telepon dari Ida, sahabat masa sekolah di Pulau Bangka. Dia baru pulang dari memetik sahang atau lada di Kelurahan Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat. Tetapi, ini bukan cerita utamanya. Dia kemudian berkisah tentang teman kerjanya di kebun lada itu, seorang perempuan yang memiliki kakak kembar seekor buaya. Ibu perempuan tersebut harus merelakan putranya dihanyutkan di sungai oleh sesepuh kampung yang telah membantu proses persalinan. Di waktu tertentu, dia pergi ke sungai, dengan membawa ketan, telur ayam, dan pisang emas untuk santapan putranya. Ida berharap saya tertarik mewawancarai temannya, adik buaya itu.
Kisah-kisah manusia melahirkan buaya terdengar lumrah dalam budaya Melayu di pulau timah terbesar di dunia ini.