Santri, Kitab Kuning, dan Bahasa Arab
Tugas kaum sarungan tak hanya berkutat pada tradisi kesarjanaan agama ”per se”, tapi juga menyelaraskan pesan agama dengan kepentingan dan kesejahteraan publik. Kitab Kuning dan bahasa Arab menjadi sumber dan alat utama.
Pernyataan Muhammad Kace bahwa Kitab Kuning memicu radikalisme memantik penolakan publik. Demikian pula, pengaitan bahasa Arab dengan terorisme oleh Susaningtyas Nefo Kertopati mendapatkan kecaman luas. Tentu, kita harus membedakan keduanya karena dua sosok ini berada di dalam ranah emosional yang tidak sama. Namun, pandangan-pandangan itu tetap mesti ditimbang.
Radikalisme berakar dari banyak faktor. Peubah (variabel) dari sikap ini muncul dari banyak arah dan sumber, seperti konflik politik pemerintahan, perebutan akses ekonomi, dan penguasaan ruang sosial. Pendek kata, tuduhan Kace bahwa Kitab Kuning menyuburkan fanatisme adalah penyederhanaan dan pengaburan dari kata radix, akar lema radikal, dan penyempitan makna dari turats atau teks berbahasa Arab yang mengurai ilmu-ilmu keagamaan, seperti kalam (teologi), fikih, dan hadits.