logo Kompas.id
OpiniMembedakan Kritis dan Ceriwis
Iklan

Membedakan Kritis dan Ceriwis

Kritik itu bersifat membangun. Menjelekkan atau menuduh tanpa bukti bukanlah ekspresi pemikiran yang kritis, melainkan ceriwis yang hanya menyumbangkan pendangkalan pikir dalam hidup bersama.

Oleh
ST KARTONO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GGTZ_5r3edliZgKlzNK6DGtqbyA=/1024x927/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F20210716-OPINI-Membedakan-Kritis-dan-Ceriwis_1626436416.jpg
KOMPAS/SUPRIYANTO

Supriyanto

”Bagaimana kami membedakan kritis dan ceriwis? Benarkah sikap kami tergolong kritis atau jangan-jangan sekadar ceriwis?”

Pertanyaan terkutip tersebut mengemuka dalam sebuah forum guru yang bertajuk ”menjadi guru pemelajar”. Terkuak salah satu ciri pribadi pemelajar yakni tiada henti mempertanyakan dan mengkritisi kehidupan di sekitarnya. Pribadi demikian mengalami kegelisahan berkait dengan kebaikan, rasa syukur, dan harapan baik dalam setiap pengalamannya.

Editor:
yovitaarika
Bagikan