Persoalan Pendidikan Pancasila di Sekolah Dasar-Menengah
Tekanan pembelajaran Pancasila di sekolah perlu diganti, bukan pada sisi kognitif saja seperti selama ini, tetapi lebih ditekankan pada sisi penghayatan, sisi pelaksanaan, sisi pembiasaan.
Pendidikan Pancasila di sekolah formal sampai sekarang lebih ditekankan pada sisi kognitif, pengetahuan. Dalam model ini siswa diajak menghafal isi Pancasila, guru menjelaskan isi dan maksud dari sila-sila yang ada, dan setelah itu ada ulangan atau ujian. Pendidikan atau lebih tepat pengajaran Pancasila ini lebih menekankan pengertian dan hasil akhirnya berupa nilai ulangan atau nilai rapor.
Kelemahan pendekatan ini adalah bisa jadi seorang siswa mendapatkan nilai rapor Pancasila 9 atau bahkan 10, tetapi tingkah lakunya kurang menunjukkan seseorang yang pancasilais. Misalnya, nilai pancasilanya 9, tetapi ia dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat suka merendahkan teman-teman yang berbeda agama, suku, dan status; dia tidak punya perasaan terhadap orang yang miskin dan kecil yang meminta bantuan di pinggir jalan; kalau marah begitu sadis dan menyakiti teman; suka tawuran; kalau jadi panitia sekolah berlaku tidak adil pada teman, suka menuntut tetapi tidak menghargai; kalau jajan di kantin tidak membayar; suka merusak tanaman dan membuang sampah sembarangan. Nampak bahwa pengertiannya yang tinggi tidak memengaruhi tingkah lakunya.