logo Kompas.id
OpiniMenggaungkan Kurikulum...
Iklan

Menggaungkan Kurikulum Borobudur

Meski ada kerusakan, bahkan kehancuran, khususnya di beberapa relief dan patung, masih belum terlambatlah agaknya jika Candi Borobudur dijadikan sebagai salah satu tempat pembelajaran alam.

Oleh
A. WINDARTO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/gHExcqU9i3XCfmFUooX0oj98g5k=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2Fdaf0d122-77f5-4699-8db8-731301102830_jpg.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Candi Borobudur yang sebagain stupanya ditutup pelindung saat terlihat dari kawasan wisata Punthuk Setumbu, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis (12/11/2020). Kawasan Punthuk Setumbu menjadi kawasan yang kian tumbuh di wilayah sekeliling Candi Borobudur. Pengelolaan kawasan oleh warga pun berdampak pada salah satu penggerak roda perekonomian mereka.

Bukan sebuah kebetulan bahwa menjelang peringatan hari raya Waisak pada 26 Mei mendatang, harian Kompas (Minggu, 23/6/2021) menerbitkan infografik berjudul ”Gunung Kebajikan di Jantung Jawa”. Melalui infografik yang cukup eksentrik itu, ditampilkan bagaimana Candi Borobudur dibangun dengan amat teliti dan hati-hati.

Dengan penampilan itu, para pembaca Kompas dapat belajar bahwa Candi Borobudur tidak sekadar tempat wisata, tetapi juga sebuah kurikulum yang mampu memperlihatkan jejak langkah pembelajaran para peziarah untuk mencapai apa yang telah dijalani oleh Buddha.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan