logo Kompas.id
โ€บ
Opiniโ€บMengulik Sensasi Mudik
Iklan

Mengulik Sensasi Mudik

Perwujudan merayakan Lebaran dilakukan antara lain dengan mudik; secara harfiah maknanya sekadar pulang kampung. Namun, dalam perspektif spiritual, mudik adalah metafora asal-usul manusia berada di dunia.

Oleh
J KRISTIADI/Peneliti Senior CSIS
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/mPzU4KWcrCDuwwRNScDw_y6iUh8=/1024x1436/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F01%2F55774799_1547655317.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM) 18-04-2013

J Kristiadi

Hari raya Idul Fitri adalah hari kemenangan, mungkin lebih tepat disebut hari kemenangan sejati. Berkat ibadat ritual akbar shiyam Ramadhan selama sebulan, para mukmin (orang beriman) berhasil menaklukkan musuh utama manusia yang secara kodrati bersemayam dalam diri  manusia: marah, aluamah (nafsu sekitar perut, makan minum, seks), supiyah (sombong, tamak, dan angkuh), dan lain sebagainya.

Mereka kembali ke fitrahnya menjadi suci kembali setelah mendapat karunia melimpah dari Allah selama sebulan bermati raga. Api karunia puasa telah membakar dosa-dosa manusia menjadi remah-remah yang dibuang di tempat sampah.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan