logo Kompas.id
OpiniCahaya Sang Trubador “Sewu...
Iklan

Cahaya Sang Trubador “Sewu Kutho”

Setahun setelah Didi Kempot pergi, ia tetap didengar, ia tetap diputar. Seakan, Didi masih ada dan masih berkelana, masih menjadi sang trubadur

Oleh
Anas Syahrul Alimi
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/PyfLyY3Dan51t3i-_DHrP4TG_To=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F20200505_ENGLISH-DIDI-KEMPOT_B_web_1588682540.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Didi Kempot

Pada pekan pertama Mei 2020, Didi Kempot secara mengagetkan meninggalkan dunia musik Indonesia. Tangis membahana. Hati yang lara makin teriris. Berhari-hari jerit duka diapungkan. Bulan ini adalah setahun kepergiannya. Kepergian sang trubadur dengan talenta di atas rata-rata.

Tidak banyak mereka yang abadi dalam bermusik. Saya mesti menyebut Didi Kempot adalah salah satunya. Keabadian itu sudah di-relief-kannya sendiri dalam ”Banyu Langit”.

Editor:
budisuwarna
Bagikan