logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊMudik Menengok (Sejarah)...
Iklan

Mudik Menengok (Sejarah) Kampung

Mudik sebenarnya untuk mengerti ekosistem kampung, bukan hanya berwujud fisik dan tempat orang bermukin, melainkan juga sebagai mosaik budaya yang mestinya dirawat.

Oleh
Heri Priyatmoko
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/uksJesxObMtID1CVTZfC0F0xtnA=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2Fd21349db-cd28-469d-b09a-0a2168c9fdab_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Pemudik bersepeda motor melintasi Jembatan Suramadu di sisi Kabupaten Bangkalan Jawa Timur, Selasa (11/5/2021).

Hati terasa teriris. ”Ritual” mudik tahun ini kembali terganggu oleh pagebluk Covid-19 yang masih menggila. Rombongan perantau gagal menjenguk kampung halaman lantaran berniat mematuhi anjuran pemerintah, kantong tipis akibat usahanya melempem, dan emoh kucing-kucingan dengan aparat berwajib yang mencegat di jalan. Sungkem orangtua di hari Lebaran serta bernostalgia di tanah kelahiran hanya ada dalam angan.

Selain berkumpul dengan brayat ageng (keluarga besar), mudik dipakainya untuk merenda kembali kisah kelampauan tatkala masih bocah. Saban lekuk tanah asal dicumbui lagi, memori sejarah pun disegarkan.

Editor:
yovitaarika
Bagikan