logo Kompas.id
OpiniTes Wawasan Kebangsaan
Iklan

Tes Wawasan Kebangsaan

Tes wawasan kebangsaan pada pegawai KPK dapat membahas seumpama, ”Apakah semangat dan integritas Anda dalam bekerja akan berkurang ketika Anda mengejar terduga koruptor yang ternyata memiliki kesamaan suku dengan Anda?”

Oleh
Muhammad Ilfan Zulfani
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/dNibqe9Q3gIEKtXpw4LlbXUxP20=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F476649cb-03cb-4c46-8de0-75b217783a67_jpg.jpg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi keluar dari Gedung KPK, Jakarta, Jumat (7/5/2021). Sejumlah kalangan mengkritisi terkait tes wawasan kebangsaan yang dilakukan terhadap pegawai KPK sebagai syarat menjadi aparatur sipil negara.

Tulisan singkat ini berangkat dari tes wawasan kebangsaan yang membuat 75 pegawai KPK terancam diberhentikan. Saya yakin alat tes semacam itu telah dan akan diterapkan di banyak prosedur birokrasi, apalagi jika tidak ada resistensi dari masyarakat.

Perlukah tes wawasan kebangsaan? Menurut saya, boleh-boleh saja, tetapi mesti memenuhi tiga syarat yang saling terhubung. Pertama, tidak boleh bertentangan dengan kebebasan berpikir. Kedua, narasi kebangsaan yang diujikan harus bersifat umum dan prinsipil. Ketiga, harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan lembaga.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan