Mengenang Radhar Panca Dahana
Radhar Panca Dahana, ”Sakratul Maut Seni Budaya”
Kebudayaan adalah kewajiban pembangunan imateriil yang butuh infrastrukturnya sendiri, merupakan obligasi, kultural, dan konstitusional pemerintah. Pembangunan infrastruktur kebudayaan adalah investasi.
Tulisan artikel opini berikut merupakan tulisan Radhar Panca Dahana, salah satu budayawan besar Indonesia, yang pernah dimuat di Kompas edisi 21 Januari 2020. Kami publikasikan kembali sebagai ungkapan dukacita dan ikut mengantar kepergiannya menghadap Allah Sang Pencipta. Tulisan artikel opini ini adalah tulisan terakhir Radhar yang dimuat di rubrik opini Kompas.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2Fkompas_tark_11127534_17_0.jpeg)
Radhar Panca Dahana bersama Teater Kosong mementaskan pembacaan puisi teatrikal ”Lalu Aku" karyanya di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (12/7/2011). Sebanyak 18 puisi karya Radhar yang terkumpul dalam buku Lalu Aku dibacakan dalam bentuk pembacaan dramatik.
Sepertinya ada ketidakpedulian, bisa jadi kebebalan. Puluhan tahun memperjuangkan kebudayaan menjadi fondasi cara kita membangun negara, manusia dan bangsa di dalamnya, hasilnya hampir nihil bahkan negatif.