logo Kompas.id
Opini”Post-Kartinian”, Sebuah...
Iklan

”Post-Kartinian”, Sebuah Narasi Kartini

Emansipasi atau apa pun namanya, hanya menjadi teks kaum skripturalis yang tersimpan rapi dalam jejeran seonggok kertas di sudut kantor mewah.

Oleh
ARIF AKHYAT
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/DYzVacS1nVsQe_FCPVA1oKf8i7o=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F0afccae1-9c1f-48c9-bd7f-200e6f674bc5_jpg.jpg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Mural pahlawan Jenderal Sudirman dan Raden Ajeng Kartini beserta tulisan yang pernah ditulis atau diucapkan sang tokoh menghiasi tembok di Lengkong Wetan, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (16/5/2020). Mural tokoh bangsa seperti para pahlawan dan presiden banyak dijumpai di tembok-tembok jalan besar ataupung gang-gang masuk perumahan warga.

Para pemerhati perempuan sering kali terjebak pada dua kutub, antara skripturalis dan pragmatis. Kaum skripturalis bersikukuh keperempuanan adalah konstruksi teks. Sementara, kaum pragmatis, menganggap keperempuanan simbol perjuangan keadilan.

Tulisan ini mencoba memahami tokoh Kartini melalui konstruksi kontemporer dengan apa yang disebut post-Kartinian. Post-Kartinian, dalam hal ini menawarkan cara pandang terhadap Kartini dalam batas-batas sejarah yang wajar dan manusiawi.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan