logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊDaniel Dhakidae, Cendekiawan...
Iklan

Daniel Dhakidae, Cendekiawan Pendaki

Daniel Dhakidae seakan mendorong setiap cendekiawan untuk berani mendaki demi mencapai puncak impian. Sebuah komitmen yang tentu melelahkan, tetapi juga menjanjikan pemandangan hidup menjadi lebih baik.

Oleh
ROBERT BALA
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/UIvyz_nuAQ4XAI11_l5lxV3M_Xo=/1024x630/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2FDaniel-Dhakidae-dan-LP3ES_1617766499.jpeg
ARSIP WIJAYANTO

Daniel Dhakidae dalam sebuah kegiatan Sekolah Demokrasi di LP3ES, Februari 2020.

Kabar wafatnya Daniel Dhakidae cukup mengagetkan. Pria kelahiran Toto-Wolowae, Ngada, ini wafat di usianya yang ke-76. Sebuah kehilangan karena ia adalah seorang pemikir hebat. Di setiap tulisan baik artikel maupun buku, ia selalu sertakan konteks yang menjadi rahim lahirnya sebuah pemikiran.

Secara pribadi, saya hanya bertemu Daniel dalam dua kesempatan. Pertama, tahun 1994, dalam sebuah seminar di STFK Ledalero. Daniel mengupas sejarah misi mengaitkan dengan perubahan politik di Eropa saat itu. Dalam sebuah candaannya, ia menyeletuk ironis tentang terminologi ’awam’ untuk membedakannya dari kaum biarawan. Harusnya orang risih kalau seseorang yang punya kompetensi teruji di masyarakat hanya disapa sebagai ’awam’.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan