logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊHarapan kepada Menteri...
Iklan

Harapan kepada Menteri Kesehatan yang Baru

Apabila puskesmas baik melakukan tugasnya, semakin sedikit masyarakat yang sakit, dan menjadi lebih sehat. Puskesmas bukan rumah sakit kecil, maka konsep puskesmas bukan menunggu orang sakit, tetapi membangun masyarakat.

Oleh
HANDRAWAN NADESUL
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/W0zW-k83J0QffQM7j9eFWtq1sH4=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F11%2F20201111korg-gizi-buruk-inbate_1605072442.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA.

Ibu-ibu membawa anak-anak penderita gizi buruk di Puskesmas Inbate, Timor Tengah Utara, Oktober 2018 untuk mendapatkan bantuan bahan makanan, meningkatkan gizi dari lembaga donor. Kemiskinan menahun di TTU sulit ditangani.

Orang bertanya kok menteri kesehatan bukan dokter. Di dunia sedikitnya ada sepuluh negara yang menteri kesehatannya bukan dokter. Sebut saja Singapura, Jepang, Thailand, Arab Saudi, Belanda, Kanada, Selandia Baru, Australia, dan Denmark. Tidak masalah, atau harusnya memang betul begitu?

Urusan kesehatan negara sebetulnya lebih manajerial ketimbang teknis medis. Selain perlu orang lapangan, butuh penguasan manajerial. Terlebih untuk negara yang belum mapan pembangunan kesehatannya. Baru Dr Adhyatma, MPH almarhum, menteri kesehatan kita (1988-1993) yang orang lapangan, selain ahli kesehatan masyarakat, dan bukan klinisi.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan