logo Kompas.id
OpiniHarga Obat di Indonesia
Iklan

Surat Pembaca

Harga Obat di Indonesia

Ketika pasien datang ke dokter untuk berobat, pasien hampir tak bisa menolak resep dokter. Selain ketidaktahuan, pasien tak punya pilihan dan tak bisa menunda.

Oleh
BHAROTO
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/hLjquezAp2Vy_UIireZokYbZk50=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fa6879ce2-472a-495b-9e21-044125daf217_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Peneliti menunjukkan sejumlah bahan baku obat alami di laboratorium Pusat Riset Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, kawasan industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (11/3/2020). Saat ini impor bahan baku farmasi mencapai angka 95 persen. Dimana 60 persen diantaranya berasal dari China. Disaat China sedang kolaps seperti saat ini, pasokan bahan baku farmasipun menjadi tersendat. Dexa Grup sejak tahun 2005 berusaha mandiri dari bahan baku farmasi impor melaui OMAI. OMAI merupakan obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapatkan dan tidak tergantung dengan impor.

Jauh sebelum pandemi Covid-19, harga obat di Indonesia sudah mahal, bahkan kabarnya termasuk paling mahal di dunia.

Saya sebagai rakyat biasa kurang paham, tetapi bisa jadi karena obat dan bahan baku obat sebagian besar impor. Belum lagi praktik kurang terpuji antara industri farmasi dengan oknum dokter, yang memicu ekonomi biaya tinggi.

Editor:
agnesaristiarini
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi: Harga Obat di Indonesia ".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan