logo Kompas.id
OpiniMemprotes Ketakterhubungan
Iklan

Memprotes Ketakterhubungan

Kematian yang merajalela dapat dilihat nyata setiap hari. Halaman makam makin sesak. Namun, ketakpedulian terhadap protokol dasar mencegah penularan Covid-19 mengapa tetap bersarang.

Oleh
Limas Sutanto
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5-LWmy-E9RqP9MNYo6s_DJICATk=/1024x695/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2Ff058d4d4-c197-45f0-ab63-9b42afcb9a1d_jpg.jpg
AFP/PIERRE-PHILIPPE MARCOU

Suasana rumah sakit sementara bagi pasien Covid-19 yang menggunakan salah satu ruang pameran Ifema di Madrid, Spanyol, Kamis (17/9/2020).

Setelah menunggu setengah tahun lebih, kematian yang merajalela dapat dilihat nyata setiap hari. Halaman makam makin sesak. Namun, ketakpedulian terhadap protokol dasar mencegah penularan Covid-19 tetap bersarang. Suara nyaring para pakar ilmu kesehatan masyarakat tidak didengarkan. Ada yang sengaja membikinnya tak terdengar. Mengapa warga seperti bunuh diri?

”Teman saya selalu berhasil meraih pencapaian dalam kehidupan, tetapi saya tidak. Sakit sekali ditinggalkan dia. Saya marah luar biasa. Ditinggalkan jauh sekali, tak terkejar; apa pun yang saya lakukan, sia-sia. Saya tidak layak hidup. Sudah berkali-kali saya melakukannya, tetapi orang-orang yang tidak mengerti saya, selalu membatalkan kematian saya” Ia pernah minum ”obat tidur” berpuluh-puluh. Pernah pula berada di tepian lantai tertinggi salah satu gedung tempat dia kuliah, akan terjun. Dan lain-lain. Namun, ada saja ”halangan” yang mengurungkan dia untuk berhasil bunuh diri.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan