logo Kompas.id
OpiniCetak Uang Saat Pandemi
Iklan

Kebijakan Ekonomi

Cetak Uang Saat Pandemi

Mencetak uang untuk membantu APBN bukanlah tabu. Yang terpenting terukur dan wajar, tak perlu seagresif negara lain. Indonesia butuh suntikan dana untuk membantu masyarakat miskin, pekerja harian, dan dunia usaha.

Oleh
Anton Hendranata
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/Dp9YOnOwp6WpGCYXwYkL0yXv-EA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2Feb7af305-7a50-4648-a824-527b70bdde6d_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Kesibukan di Cash Center PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta, Jumat (8/5/2020).

Kata ”cetak uang” sering dikonotasikan negatif. Hal ini ada benarnya jika mengacu pada teori tokoh moneteris, Milton Friedman (1969), tentang helicopter money.

Menurut Friedman, jika bank sentral menambah suplai uang dengan mencetak uang baru, bisa menimbulkan kenaikan inflasi yang tinggi dan bisa berujung pada terjadinya stagnasi atau pertumbuhan ekonomi berjalan lambat. Lambatnya pertumbuhan ekonomi, yang disertai dengan tingginya inflasi, dikenal dengan istilah stagflasi.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Cetak Uang Saat Pandemi".

Baca Epaper Kompas
Memuat data...
Memuat data...
Memuat data...