logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊPendapatan dan Benalu...
Iklan

Pendapatan dan Benalu Ketimpangan

Skema pemulihan ekonomi yang dijalankan sekarang mesti menyangga agenda strategis bangsa. Demokrasi ekonomi, transformasi ekonomi, dan investasi inklusif adalah akar tunjang ekonomi.

Oleh
Ahmad Erani Yustika
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/On7ZZiGn6Na17I_-BVaeIgisTHo=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F4c7c8c27-c72a-4a13-974e-6c806b891e58_jpg.jpg
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY

Suasana antrean masuk area Kompas Travel Fair 2019 di Jakarta Convention Center, Sabtu (21/9/2019).

Tiap cahaya (yang menyala redup sekalipun) tetap merupakan berkah saat gulita menyergap. Perasaan itulah yang dialami sekarang. Pada saat kecemasan memenuhi ruang pikiran karena pandemi Covid-19, satu pencapaian bangsa diumumkan: Indonesia naik kelas menjadi negara berpendapatan menengah-atas (upper middle income countries). Tentu tidak mudah menggapai level pendapatan itu, Indonesia membutuhkan waktu 23 tahun agar keluar dari jepitan negara kelas menengah-bawah.

Jadi, performa ini laik disyukuri sebagai pantulan kerja keras, komitmen, dan konsistensi. Sungguhpun begitu, obor ini masih redup, belum terang benderang karena beberapa soal sedang mengintip sehingga sedikit kealpaan saja membuat posisi itu bisa melorot. Terlebih, tidak banyak negara yang mampu naik kelas menjadi negara berpendapatan atas karena ragam syarat yang wajib dipenuhi. Ini yang menyebabkan negara-negara terjebak dalam pendapatan menengah (middle income trap).

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan