logo Kompas.id
›
Opini›Korona dan Industri Farmasi
Iklan

Pandemi Covid-19

Korona dan Industri Farmasi

Industri farmasi Indonesia tak punya ketahanan karena sangat tergantung pada bahan baku obat  (BBO) dari China dan India. Impor BBO Indonesia dari China 63 persen, India 23 persen, dan sisanya dari negara lain.

Oleh
Sampurno
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/hLjquezAp2Vy_UIireZokYbZk50=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fa6879ce2-472a-495b-9e21-044125daf217_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Peneliti menunjukkan sejumlah bahan baku obat alami di laboratorium Pusat Riset Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, kawasan industri Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (11/3/2020). Saat ini impor bahan baku farmasi mencapai angka 95 persen. Dimana 60 persen diantaranya berasal dari China.

Dalam sebuah diskusi dua tahun lalu, saya menyatakan, jika China dan India melakukan embargo bahan baku obat kepada Indonesia, industri farmasi Indonesia hanya akan mampu bertahan selama enam bulan.

Industri farmasi Indonesia tak punya ketahanan karena sangat tergantung pada bahan baku obat  (BBO) dari kedua negara tersebut. Impor BBO Indonesia dari China 63 persen, India 23 persen, dan sisanya dari negara lain.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Korona dan Industri Farmasi".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...