logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊBom Waktu Perubahan Rastra ke ...
Iklan

Bom Waktu Perubahan Rastra ke BPNT

Perubahan kebijakan subsidi pangan: dari beras sejahtera (Rastra), yang sebelumnya bernama beras untuk rakyat miskin (Raskin), menjadi bantuan pangan nontunai (BPNT) membuat kebijakan perberasan menjadi terfragmentasi.

Oleh
Khudori
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/h8b5X3rgvKmdYMoinldvM2rXmvc=/1024x701/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2Fe265b245-364e-4e2e-aaad-ee56ca6d511a_jpg.jpg
KOMPAS/ALIF ICHWAN

Pekerja mengangkut karung berisi beras di gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (3/12/2019). Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat adanya kenaikan harga beras penggilingan, baik untuk tingkat medium, premium, dan rendah. Penyebab lain naiknya harga beras karena adanya kenaikan harga gabah di November 2019.

Kehebohan yang menyertai rencana Bulog melepaskan (disposal) 20.000 ton cadangan beras pemerintah (CBP) telah usai. Diskusi publik yang sempat riuh, kembali redup, seolah-olah masalah telah usai dan tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

Padahal, di balik kehebohan ini tersimpan bom waktu yang setiap saat bisa meledak jika tak segera dicarikan solusi. Sayangnya, para pemangku kebijakan seperti tak bisa membaca potensi bom waktu itu. Barangkali ini salah satu risiko awal-awal transisi kepemimpinan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan